Minggu, 24 Januari 2010

SEJARAH KOTA PANGKALPINANG


Kota Pangkal Pinang adalah salah satu Daerah Pemerintahan Kota di Indonesia yang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sekaligus merupakan ibukota Provinsi. Kota ini terletak di bagian timur Pulau Bangka. Kota Pangkalpinang terbagi dalam 5 kecamatan yaitu Taman Sari, Rangkui, Pangkalbalam, Bukit Intan dan Gerunggang. Memiliki wilayah seluas 118,408 km2 dan jumlah penduduk berdasarkan Susenas 2005 sebanyak 146.161 jiwa dengan kepadatan 1.737 jiwa/km2. Saat ini dipimpin oleh Walikota Drs.H.Zulkarnain Karim, MM yang telah menjabat untuk periode kedua (2008-2013) sebelumnya telah menjabat untuk periode pertama 2003-2008. Sungai Rangkui membelah kota yang berjulukan BERARTI (BERsih, Aman, Rapi, Tertib, Indah) ini. Kota ini berpusat di Jalan Merdeka sebagai titik nol kilometer kota.

Populasi Kota Pangkalpinang kebanyakan dibentuk oleh etnis Melayu dan etnis Cina suku Hakka yang datang dari Guangzhou. Ditambah sejumlah suku pendatang seperti Batak, Minangkabau, Palembang, Sunda, Jawa, Madura, Banjar, Bugis, Manado, Flores dan Ambon.Jarak Antara Kecamatan

Berdasarkan morfologinya dapat dikatakan batasan wilayah Kotamadya Pangkalpinang menyerupai bentuk belah ketupat. Sisi diagonal terpanjang merupakan arah utara dan selatan, dan jarak terjauh dari garis ini adalah 8 Km. Sedangkan sisi diagonal lainnya merupakan arah barat dan timur, dan bila ditarik garisnya, maka jarak yang terdekat dari barat ke timur ini adalah 5,5 Km.

Bila dibandingkan dengan daerah-daerah di sekitar perbatasan Kotamadaya Pangkalpinang, maka dapat dirinci jarak tempuhnya sebagai berikut :

1. Pangkalpinang - Merawang = 12 Km
2. Pangkalpinang - Sungailiat = 32 Km
3. Pangkalpinang - Belinyu = 86 Km
4. Pangkalpinang - Sungai Selan = 38 Km
5. Pangkalpinang - Pangkalan Baru =7 Km
6. Pangkalpinang - Payung = 90 Km
7. Pangkalpinang - Koba = 58 Km
8. Pangkalpinang - Toboali = 125 Km
9. Pangkalpinang - Lepar Pongok = 150 Km
10. Pangkalpinang - Mendo Barat = 12 Km
11. Pangkalpinang - Kelapa = 64 Km
12. Pangkalpinang - Jebus = 90 Km
13. Pangkalpinang - Mentok = 138 Km


Kota Pangkalpinang merupakan pusat pemerintahan, pusat pemerintahan kota di Kelurahan Bukit Intan, dan pusat pemerintahan provinsi dan instansi vertikal di Kelurahan Air Itam. Kantor pusat PT Timah, Tbk juga berada di sini. Pangkalpinang juga merupakan pusat aktivitas bisnis/perdagangan dan industri di Bangka Belitung.1. Batas Wilayah

* Sebelah Timur : Laut Natuna
* Sebelah Selatan : Kab.Bangka Tengah
* Sebelah Barat : Kab.Bangka
* Sebelah Utara : Kab.Bangka

2. Sejarah

Kota pangkal pinang berkembang dari status sebagai kota kecil di tahun 1956, kotapraja, kotamadya, hingga menjadi kotamadya daerah tingkat II Pangkal pinang.[1]
2. 1. Kota Kecil

Lahirnya Pangkalpinang dengan status Kota Kecil ialah pada tahun 1956 berdasarkan UU Darurat No 6 Tahun 1956 yang meliputi dua gemeente yaitu gemeente Pangkalpinang dan Gemeentee Gabek dengan luas 31,7 Km2 dan ditetapkan pula Pangkalpinang sebagai Ibukotanya. Sebagai pejabat Walikota yang pertama adalah R. Supardi Suwardjo (alm)., patih d/p Kantor Residen Bangka Balitung. Pada tanggal 20 November 1956 kedudukanya diganti oleh Achmad Basirun (alm) sebagai penjabat walikota dan kemudian diganti oleh Rd. Abdulah (alm) pad tanggal 15 Desember 1956.
2. 2. Kotapraja

Berdasarkan UU no.5 Tahun 1959 staus kota kecil ditingkatkan menjadi kotapraja tanggal 24 juli 1958. Rd Abdulah diganti oleh R. Hundani (alm) yang terpilih sebagai walikota hasil pemilu yang pertama tahun 1955 (walikota ke 44). Kemudian dengan surat keputusan Presiden RI tanggal 1 Oktober 1960 no.558/M ditunjuk M. Saleh Zainuddin sebagai walikota Kepala Daerah Kotapraja Pangkalpinang.
2. 3. Kotamadya

Berdasarkan UU No.18 Tahun 1965 status Kotapraja dirubah menjadi Kotamdya. dengan keputusan Presiden RI tanggal 21 Februari 1967 no UP/10/I/M-220, M Saleh Zainudin diganti oleh Drs Rustam Effendi (alm) sebagai walikota dengan 5 (lima) orang anggota Badan Pemerintahan Harian sebagai pembantu dalam menjalankan pemerintahan.
2. 4. Kotamadya Daerah Tingkat II Pangkalpinang

Dengan berlakunya UU No 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, status Kotamadya menjadi Kotamadya daerah Tingkat II Pangkalpinang yang dilengkapi dengan 20 orang anggota DPRD, sebagai walikotanya Kepala Daerah adalah sebagai berikut:

1. Roesli Romli (1973-1978)
2. H.M.Arub, SH (1978-1983)
3. H.M.Arub,SH (1983-1988)
4. Drs.H.Rosman Djohan (1989-1993)
5. Drs.H.Sofyan Rebuin (1993-1998)

Pada masa jabatan Bapak H.M. Arub, SH yakni dengan PP No 12 Tahun 1984 wilayah Kotamadya Pangkalpinang dimekarkan dari 31,7 KM2 menjadi 89,4 KM2 dan dengan pemekaran itu meliputi tiga desa dari Kabupaten Bangka yakni Desa Air Itam, Tua Tanu dan Bacang sehingga dari 4 Kecamatan terdapat 55 Kelurahan dan 3 Desa.
2. 5. Kota Pangkalpinang

Pada tanggal 7 Mei 1999 dikeluarkan UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang menerapkan sistem Otonomi Formil dan Otonomi Luas pada Kabupaten / Kota. Daerah Otonom Pangkalpinang menjadi Dareah Otonom Kota Pangkalpinang dengan Badan Legislatif sejumlah 25 orang yang terpisah dari Pemerintahan Daerah. Pemerintahan Daerah dipimpin oleh Walikota dan Wakil Walikota sebagai jabatahn Politis. Sedangkan Sekretaris Daerah adalah pimpinan Aministratif/Birokrasi. Dengan Undang-Undang ini berbagai instansi vertika/departemen/LPND sejak 1 Januari 2001 menjadi perangkat daerah otonom, sedangkan 3 desa yang dikemukakan diatas yakni Air Itam, Tua Tunu, dan Bacang menjadi Kelurahan. Yang menjabat sebagai walikota pada masa Pemerintahan ini adalah : a. Drs. H. Sofyan Rebuin, MM b. Drs. H. Zulkarnain Karim, MM
3. Pariwisata

Pangkalpinang memiliki 23 hotel terdiri dari 5 hotel berbintang dan 18 hotel melati. Jumlah kamar sebanyak 445 buah dan jumlah tempat tidur sebanyak 757 buah. Sedangkan jumlah restoran sebanyak 5 buah. Beberapa obyek wisata yang ada di Pangkalpinang :

1. Taman Sari
2. Taman Merdeka
3. Museum Timah
4. Mesjid Jami'
5. Gereja Maranatha
6. Gereja Katedral Pangkalpinang
7. Vihara Citra Maitreya
8. Klenteng Konghucu
9. Pantai Pasir Padi
10. Pantai sampur
11. Lapangan Golf Girimaya
12. Chinatown
13. Makam Belanda (Keerkhof)

4. Transportasi
4. 1. Udara

Bandar Udara Depati Amir melayani penerbangan 10 kali sehari dari/ke Jakarta yang dilayani oleh Sriwijaya Air, Batavia Air, Lion Air, Mandala Air dan Garuda Indonesia. Sedangkan penerbangan dari/ke Palembang sebanyak 1 kali setiap hari yang dilayani oleh Sriwijaya air. Dan penerbangan dari/ke Tanjungpandan sebanyak 2 kali seminggu yang dilayani oleh Riau Airlines.
4. 2. Laut

Pelabuhan Pangkalbalam melayani angkutan barang seperti ekspor/impor dan perdagangan antarpulau, dan angkutan penumpang dengan tujuan Jakarta melalui Kapal Ferry/Roro dan tujuan Tanjungpandan melalui Jet Foil/Kapal Cepat setiap hari. Pelabuhan Muntok melayani kapal cepat dengan tujuan Palembang. Sedangkan pelabuhan Belinyu hanya disinggahi oleh kapal-kapal Pelni. Masih ada lagi Pelabuhan di bagian selatan pulau Bangka, yaitu Sadai, melayani kapal fery dari pelabuhan cigading, Banten.
4. 3. Darat

Pangkalpinang memiliki 4 terminal dalam kota, yang menghubungkan rute kecamatan di seluruh Pulau Bangka. Sedangkan untuk dalam kota dilayani 5 trayek Angkutan Kota dengan waktu operasinya dari pukul 06.00 s.d. 18.00 WIB. informasi jalur angkutan kota Pangkalpinang:

1. Angkot berwarna kuning untuk rute dari pasar ke Girimaya.
2. Angkot berwarna Merah untuk rute dari pasar ke Pangkalbalam.
3. Angkot berwarna biru muda untuk rute dari pasar ke Selindung.
4. Angkot berwarna hijau untuk rute dari pasar ke Jalan mentok.
5. Angkot berwarna hitam untuk rute dari pasar ke sampur.

5. Geografi
5. 1. Topografi

Kondisi topografi wilayah Kota Pangkapinang pada umumnya bergelombang dan berbukit dengan ketinggian 20-50m dari permukaan laut, dan kemiringan 0-25%. Secara morfologi daerahnya berbentuk cekung dimana bagian pusat kota berada didaerah rendah. Daerah-daerah yang berbukit mengelompok dibagian barat dan selatan kota Pangkalpinang. Beberapa bukit yang utama adalah Bukit Girimaya yang berada di ketinggian 50 m dpl dan Bukit Menara. Sedangkan hutan kota seluas 290 ha berada di Kelurahan Tua Tunu Indah Berdasarkan luas wilayah Kota Pangkalpinang dapat dirinci penggunaan tanahnya; luas lahan kering yang diusahakan untuk pertanian (tanaman bahan makanan, perkebunan rakyat, perikanan dan kehutanan) adalah seluas 1.562 Ha, lahan yang sementara tidak diusahakan seluas 1.163 Ha, dan lahan kering yang dimanfaatkan untuk pemukiman seluas 4.130 Ha. Sedangkan sisanya 2.085 Ha adalah berupa rawa-rawa, hutan negara dan lainnya.
5. 2. Keadaan tanah dan geologi umum

Tanah di daerah Kota Pangkalpinang mempunyai pH rata-rata di bawah 5, dengan jenis tanah podzolik merah kuning, regosol, gleisol dan organosol, yang merupakan pelapukan dari batuan induk. Sedangkan pada sebagian kecil daerah rawa jenis tanahnya asosiasi Alluvial-Hydromorf dan Glayhumus serta regosol kelabu muda yang berasal dari endapan pasir dan tanah liat. Keadaan tanah yang demikian kurang cocok untuk ditanami padi, tetapi masih memungkinkan untuk ditanami palawija. Pada daerah pinggiran, yaitu Desa Tuatunu dan Desa Air Itam cukup potensial menghasilkan lada dan karet. Kondisi geologi umum di daerah ini; formasi yang tertua adalah batu kapur berumur Permo Karbon, menyusul Slate berumur Trias Atas dan terakhir Intrusi Granit berumur setelah Trias Jura. Susunan batuan granit bervariasi dari granit sampai dioditik dengan inklusi mineral berwarna gelap yaitu Biotit, dan ada kalanya Amfibol Hijau.
5. 3. Hidrologi

Di wilayah Kota Pangkalpinang terdapat beberapa sungai, pada umumnya sungai-sungai kecil yang ada diwilayah ini bermuara ke sungai Rangkui. Di samping sungai Rangkui terdapat juga sungai Pedindang di bagian selatan. Kedua sungai ini berfungsi sebagai saluran utama pembuangan air hujan kota yang kemudian mengalir ke sungai Baturusa dan berakhir di Laut Cina Selatan. Sungai-sungai ini selain berfungsi sebagai saluran utama pembuangan air hujan kota, juga befungsi sebagai prasarana transportasi sungai dari pasar ke sungai Baturusa dan terus ke laut. Anak sungai Rangkui merupakan kanal pengairan dari pintu air kolong kacang Pedang ke Sungai Rangkui yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1930-an. Sumber air untuk air bersih pada umumnya dari air tanah disamping Kolong Kacang Pedang dan Kolong Kace. Pada dasarnya wilayah kota Pangkalpinang kalau dilihat morfologinya berbentuk cekung dimana bagian pusat kota lebih rendah, sehingga keadaan ini memberikan dampak negatif, yaitu rawan banjir terutama pada musim hujan atau pengaruh pasang surut air laut melalui sungai Rangkui yang membelah Kota Pangkalpinang. Adapun daerah yang tidak pernah tergenang terletak di sebelah Utara, Barat dan Selatan kota. Sedangkan daerah Timur yang berbatasan dengan sungai Rangkui dan Laut Cina Selatan dan bagian tengah kota yang dilalui oleh sungai Rangkui sering tergenang oleh air pasang (rob), daerah yang tergenang tersebut terutama Kecamatan Rangkui, Pangkal Balam dan Taman Sari.
6. Iklim

Iklim daerah Kota Pangkalpinang tergolong tropis basah type A dengan Variasi hujan antara 56,2-337,9 mm perbulan selama tahun 2003, dengan jumlah hari hujan rata-rata 16 hari setaip bulannya. Bulan yang terkering adalah bulan Agustus. Hawa didaerah ini dipengaruhi oleh laut, baik angin maupun kelembabannya. Suhu udara selama tahun 2003, misalnya, bervariasi antaa 23,3 - 32,4 derajat Celcius, sedangkan kelembabannya berkisar antara 76 - 88 persen. Angin bergerak setiap hari dengan arah dari Timur pada siang hari dan dari Barat pada malam hari. Rata-rata kecepatan angin cukup bervariasi setiap bulannya yaitu 3 knot pada bulan Pebruari, dan yang tertinggi terjadi tercatat pada bulan Juli, Agustus dan September, yaitu 5 knot.
7. Pendidikan
7. 1. Pendidikan Dasar dan Menengah

Pembangunan sarana pendidikan di Kota Pangkalpinang cenderung stagnasi setiap tahunnya. Pada tahun 2005 jumlah SD sederajat mencapai 86 buah (68 SD/SDLB Negeri, 12 SD/SDLB swasta dan 6 Madrasah Ibtidaiyah), Jumlah SMTP sederajat 24 buah ( 10 SMP Negeri, 11 SMP Swasta dan 3 MTs) dan jumlah SMTA sebanyak 25 buah ( 12 SMU, 10 SMK, dan 3 Madrasah Aliyah ), serta terdapat juga lembaga pendidikan pra sekolah sebanyak 38 buah ( 31 Taman Kanak-kanak dan 7 Rhoudatul Atfal ). Pada tahun 2004 jumlah murid SD sederajat 17.792 orang, murid SMTP 8.800 orang dan murid SMTA 11.114 orang. Pada tahun 2005 jumlah murid SD sederajat meningkat menjadi 18.192 orang (17.145 murid SD/SDLB dan 1.047 murid Madrasah Ibtidaiyah), sedangkan pada murid SMTP sederajat menurun menjadi 8.617 orang murid (7.824 murid SMP dan 793 murid MTs). Penurunan juga terjadi pada jumlah murid SMTA yaitu dari 11.114 orang menjadi 10.354 murid ( 5.154 murid SMU, 4.439 murid SMK, dan 761 murid Madrasah Aliyah ). Beberapa sekolah percontohan nasional di Pangkalpinang adalah SD Negeri 3, SD Negeri 10, SMP Negeri 2 dan SMA Negeri 1. Untuk anggaran pendidikan ini, Pemkot Pangkalpinang menganggarkan dalam APBD sebesar 21%.
7. 2. Pendidikan Tinggi

Hal lain yang cukup membanggakan dari dunia pendidikan adalah perkembangan Perguruan Tinggi yang terus mengalami peningkatan kuantitasnya. Pada tahun 2000 perguruan tinggi yang ada di Kota Pangkalpinang adalah STIE PERTIBA dan STIH PERTIBA yang telah berdiri pada tahun 1982, AKPER Pemkot Pangkalpinang, Sekretariat Universitas Terbuka (UT) yang telah hadir sejak tahun 1984, Akademi Akuntansi Bhakti berdiri tahun 1999, dan STIE IBEK berdiri tahun 2000. Pada tahun 2001 telah dirintis untuk mendirikan STIKES Abdi Nusa dan AMIK Atma Luhur. Penambahan dalam kurun waktu dua tahun tersebut memberikan arti bahwa masyarakat dalam memperoleh kesempatan pendidikan semakin besar dan hal ini menunjukan bahwa upaya untuk mengimbangi laju pertumbuhan peserta didik dari tahun ke tahun cukup mengembirakan. Pada tahun 2006 berdiri Universitas Bangka Belitung yang merupakan cikal bakal universitas negeri di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Untuk mengakomodir tersedianya tenaga kesehatan handal pada tahun 2007 Pemkot Pangkalpinang memprakarsai pendirian Akademi Kebidanan.

Kamis, 14 Januari 2010

SEJARAH PAHLAWAN DEPATI AMIR


Amir adalah putera sulung Depati Bahrin (Wafat tahun 1848), sedangkan Hamzah adalah adik atau saudara kandung Amir. Sebagai putera sulung, Amir menjadi Depati diangkat oleh Belanda karena ketakutan Belanda akan pengaruhnya yang besar di hati rakyat Bangka. Jabatan Depati yang diberikan Belanda kepada Amir atas daerah Mendara dan Mentadai kemudian ditolaknya, akan tetapi gelar Depati tersebut kemudian tetap melekat pada diri Amir dan kemudian kepada Hamzah karena kecintaan rakyat kepada keduanya, disamping kehendak kuat rakyat Bangka yang membutuhkan pigur Pemimpin. Sejak perlawanan rakyat Bangka dipimpin oleh Depati Bahrin (Tahun 1820-1828), Amir dan Hamzah sebagai putera Bahrin, sudah menjadi panglima Perang dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang baik, yaitu sifat yang tegas, berani, cerdas dan cakap.
Amir dan Hamzah membangun markas besarnya di daerah Tampui dan Belah serta di kaki Gunung Maras, namun secara pasti Pasukan terus berpindah dan bergerak diseluruh pelosok belantara Pulau Bangka. Dalam Pertempuran strategi yang digunakan adalah perang gerilya dengan ciri :
- Disamping pasukan utama dibentuk pasukan pasukan kecil dimasing masing distrik yang dipimpin oleh seorang Panglima Perang.
- Tugas pasukan kecil ini adalah menyerang pos pos militer Belanda dan parit-parit sebagai pusat kekayaan dan keuangan Belanda, serta membumihanguskan Batin Batin untuk menaikkan moral perjuangan dan menghancurkan sumber logistik musuh.
- Melemahkan mental dan moral musuh dengan menyerang kemudian menghilang dengan cepat, mengelabui dan menjebak musuh dengan memanfaatkan kondisi geografis alam Pulau Bangka.
- Menghindari pertempuran terbuka dan frontal.
- Memasang rintangan dan ranjau sepanjang jalan Pangkalpinang-Mentok.
- Mengadakan gerakan kontra mata mata.
- Mendatangkan senjata dan amunisi bekerjasama dengan orang orang Cina.
Untuk menghadapi perlawanan rakyat Bangka yang dipimpin oleh Depati Amir dan Hamzah, Belanda mengalami kebingungan dan kesulitan, sehingga bermacam strategi dilakukan antara lain:
- Parit parit dijaga oleh militer dan di kampung kampung didirikan pos militer.
- Mendatangkan orang Indonesia dari daerah lain untuk berperang melawan Amir dan Hamzah.
- Memberi hadiah bagi yang dapat memberikan informasi keberadaan Amir dan Hamzah atau yang berhasil menangkapnya.
- Melakukan gerakan gerakan militer, benteng stelsel, memperkuat balatentara dan mendatangkan kapal perang untuk mempercepat gerak pasukan guna mendesak dan menumpas perlawanan.
- Menawarkan perundingan dengan memberi Gaji dan Tunjangan Kepada Amir dan Hamzah, kepada para Batin dan Mandor kampung untuk mengikat supaya tidak melakukan perlawanan.
- Menjanjikan melepas keluarga Amir dan Hamzah yang ditahan.
- Melaksanakan perundingan di Kampung Layang dipimpin oleh Kapten Dekker.
Kekurangan akan logistik dan kondisi pasukannya yang keletihan karena harus bergerak terus menerus dalam rimba Pulau Bangka yang sangat luas yang menjadi pemikiran Amir dan Hamzah, sehingga ketika pasukannya kembai ke kampung - kampung untuk menggarap ladang pertanian justru menjadi hal yang dianjurkan, karena mengingat kepentingan yang lebih besar yaitu menghindari rakyat Bangka dari kelaparan. Di samping kekurangan pangan dan logistik perang ditambah iklim yang kurang mendukung, menyebabkan dalam peperangan digunakannya peralatan tradisional yang disebut Pidung dan Sumpitan sebagai senjata. Keletihan, kekurangan pangan, dan kondisi alam yang ganas, pertempuran demi pertempuran yang berlangsung hampir tiga tahun tanpa henti disertai penyergapan - penyergapan dan pengepungan menyebabkan pasukan semakin lemah, dalam dua kali penyergapan dipimpin oleh Lettu Dekker di Cepurak pada tanggal 27 Nopember 1850 dan pada bulan Desember 1850 Amir dan Hamzah beserta pengikutnya berhasil meloloskan diri. Dalam kondisi kurus, lemah dan sakit Amir dan Hamzah berhasil ditangkap pada tanggal 7 januari 1851 lalu dibawa ke markas militer Belanda di Bakam, kemudian di bawa ke Belinyu pada tanggal 16 Januari 1851, selanjutnya di bawa ke Mentok. Pada tanggal 28 Pebruari 1851 berangkatlah Amir dan Hamzah kepengasingan di Desa Airmata Kupang Pulau Timor.
Perjuangan tidak berhenti dan terus dilanjutkan di Pulau Timor Propinsi NTT dalam bentuk memberikan petuah dan mengatur siasat dan strategi perang bagi pejuang di Pulau Timor dalam melawan Belanda, melakukan dakwah menyebarkan agama Islam (komunitas muslim yang ada di Pulau Timor adalah keturunan Bahrin dan mereka mendirikan masjid di Bonipoi yang bernama masjid Al Ikhlas), serta memberikan pengetahuan tentang sistem pengobatan tradisional bagi masyarakat setempat. Sejarah perjalanan pembuangan yang dramatis ke Pulau Timor selama 6 (enam) bulan di atas Kapal Uap Unrust dengan terus menerus dirantai dan dikerangkeng serta penderitaan di pembuangan (Desa tempat pembuangannya dinamai dengan Desa Airmata) tidak kalah dengan kisah pembuangan Imam Bonjol, Diponegoro, dan Pahlawan Nasional lainnya. Kalau dilihat dari fakta sejarah di atas sangat jelas bahwa Depati Amir dan Hamzah adalah SALAH SEORANG PEJUANG BANGSA DAN SEBAGAI SALAH SATU SIMPUL DARI SEKIAN BANYAK SIMPUL PEREKAT KEINDONESIAAN. Setelah 34 tahun kemudian Amir wafat pada tahun 1885 dan Hamzah wafat pada tahun 1900. Keduanya di makamkan di Pemakaman Batu Kadera Kupang. Pengasingan dan Pembuangan adalah cara yang dilakukan oleh Belanda untuk mengakhiri perlawanan dan menjauhkan pengaruh pemimpin terhadap rakyatnya, hak istimewa untuk mengasingkan dan membuang para pejuang disebut dengan EXORBITANTE RECHTEN. Cara Kolonial ini ternyata sangat efektif untuk menumpas perlawanan rakyat di berbagai kerajaan kerajaan tradisional di daerah. Setelah tertangkapnya Amir dan Hamzah perjuangan rakyat Bangka tidak berhenti dan dilanjutkan oleh pejuang pejuang lainnya seperti Batin Tikal, dan bekas panglima panglima perang lainnya.

WHITE PAPPER ( LADA PUTIH )


Propinsi Bangka Belitung selain terkenal sebagai penghasil timah, juga dikenal sebagai penghasil lada putih (white papper) atau yang di dunia dikenal sebagai white muntok papper, dalam bahasa setempat (bahasa Bangka) dikenal dengan nama sahang. Di propinsi ini tanaman lada sangat banyak bak tanaman padi di daerah sentra penghasil beras.

Di tahun 1990-an, ketika lada naik daun dan harganya 'gila-gilaan', petani lada di pulau ini menjadi OKB (orang kaya baru) mendadak. Bagaimana tidak, ketika itu dipasaran dunia harga lada putih mencapai Rp. 80.000,- - Rp. 120.000,- per kilogram. Bisa dibayangkan seandainya 1 orang petani memiliki 2 ton lada putih kering, berapa penghasilan dia.

Masih teringat dalam benak saya ketika itu saya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama di Pangkalpinang, ibukota Propinsi Bangka Belitung, para petani lada berduyun-duyun ke kota untuk membeli peralatan elektronik (tv, kulkas, antena parabola, tape stereo), mobil, dan motor. Parahnya peralatan elektronik tersebut dibiarkan menganggur di rumah alias tidak digunakan karena saat itu pelosok pulau bangka belitung masih belum terjangkau oleh aliran listrik. Bahkan kulkas digunakan untuk menyimpan pakaian dan mobil dipajang di depan rumah untuk menjemur kasur! Itu fenomena yang saya lihat tahun 1990-an.
Ketika saya pulang di awal tahun 2000-an terlihat pemandangan berbeda. Listrik telah menjangkau seluruh pelosok propinsi Bangka Belitung, dan barang-barang elektronikpun sudah digunakan sebagaimana mestinya.

Berkat lada putih, kehidupan di propinsi ini menggeliat, tapi jangan dikira harga lada selalu stabil. Ketika harga lada mencapai Rp. 1.800,- - Rp. 2.000,- per kilo banyak petani lada yang gulung tikar.

Menjelang akhir bulan Juli yang lalu, Bapak mengunjungi saya dan membawa oleh-oleh 1 kilogram lada putih! Yang pasti banyak banget 1 kilogram, dan akan bingung menghabiskannya. Menurut Bapak harganya lada sekarang sedikit murah, yaitu Rp. 40.000,- per kilo untuk kualitas super.
Fenomena yang menarik adalah sekarang ini lada putih selain dijadikan komoditi ekspor juga dijadikan buah tangan ketika mengunjungi sanak keluarga yang berada di luar pulau.

Sebagai anak kampung yang besar di dekat rimbunnya pohon sahang (lada) saya sangat berharap lada putih akan menjadi primadona ekspor lagi, sehingga propinsi Bangka Belitung kembali berkibar.

Besar harapan saya pemerintah propinsi Bangka Belitung, membuat suatu wahana agrowisata lada, sehingga suatu hari teman-teman saya yang ada di pulau jawa dan pulau-pulau lain yang ada di Indonesia dapat melihat secara langsung pohon lada dan dapat ikut panen lada.

Sabtu, 09 Januari 2010

Kegiatan lain diluar

selain Kuliah dan bekerja, aq punya usaha kecil-kecilan yaitu Konter sekaligus Toko kelontongan,yang ku rintis dengan modal sendiri, lumayan mengisi waktu senggang daripada pada melakukan hal yang gak ada hasil, doakan aja semoga sukses dan usahanya berkembang terus.

Kamis, 07 Januari 2010

KEGIATAN SEHARI-HARI

Kegiatan aku sehari-hari selain kerja adalah kuliah di STMIK ATMA LUHUR, dijurusan Manajemen Informatika semester 1.

Rabu, 06 Januari 2010

Posting pertama

Ini adalah posting pertama saya .............
Dalam pembuatan Blog, semoga ini akan menambah kreatifitas saya......Amin