Kamis, 14 Januari 2010
WHITE PAPPER ( LADA PUTIH )
Propinsi Bangka Belitung selain terkenal sebagai penghasil timah, juga dikenal sebagai penghasil lada putih (white papper) atau yang di dunia dikenal sebagai white muntok papper, dalam bahasa setempat (bahasa Bangka) dikenal dengan nama sahang. Di propinsi ini tanaman lada sangat banyak bak tanaman padi di daerah sentra penghasil beras.
Di tahun 1990-an, ketika lada naik daun dan harganya 'gila-gilaan', petani lada di pulau ini menjadi OKB (orang kaya baru) mendadak. Bagaimana tidak, ketika itu dipasaran dunia harga lada putih mencapai Rp. 80.000,- - Rp. 120.000,- per kilogram. Bisa dibayangkan seandainya 1 orang petani memiliki 2 ton lada putih kering, berapa penghasilan dia.
Masih teringat dalam benak saya ketika itu saya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama di Pangkalpinang, ibukota Propinsi Bangka Belitung, para petani lada berduyun-duyun ke kota untuk membeli peralatan elektronik (tv, kulkas, antena parabola, tape stereo), mobil, dan motor. Parahnya peralatan elektronik tersebut dibiarkan menganggur di rumah alias tidak digunakan karena saat itu pelosok pulau bangka belitung masih belum terjangkau oleh aliran listrik. Bahkan kulkas digunakan untuk menyimpan pakaian dan mobil dipajang di depan rumah untuk menjemur kasur! Itu fenomena yang saya lihat tahun 1990-an.
Ketika saya pulang di awal tahun 2000-an terlihat pemandangan berbeda. Listrik telah menjangkau seluruh pelosok propinsi Bangka Belitung, dan barang-barang elektronikpun sudah digunakan sebagaimana mestinya.
Berkat lada putih, kehidupan di propinsi ini menggeliat, tapi jangan dikira harga lada selalu stabil. Ketika harga lada mencapai Rp. 1.800,- - Rp. 2.000,- per kilo banyak petani lada yang gulung tikar.
Menjelang akhir bulan Juli yang lalu, Bapak mengunjungi saya dan membawa oleh-oleh 1 kilogram lada putih! Yang pasti banyak banget 1 kilogram, dan akan bingung menghabiskannya. Menurut Bapak harganya lada sekarang sedikit murah, yaitu Rp. 40.000,- per kilo untuk kualitas super.
Fenomena yang menarik adalah sekarang ini lada putih selain dijadikan komoditi ekspor juga dijadikan buah tangan ketika mengunjungi sanak keluarga yang berada di luar pulau.
Sebagai anak kampung yang besar di dekat rimbunnya pohon sahang (lada) saya sangat berharap lada putih akan menjadi primadona ekspor lagi, sehingga propinsi Bangka Belitung kembali berkibar.
Besar harapan saya pemerintah propinsi Bangka Belitung, membuat suatu wahana agrowisata lada, sehingga suatu hari teman-teman saya yang ada di pulau jawa dan pulau-pulau lain yang ada di Indonesia dapat melihat secara langsung pohon lada dan dapat ikut panen lada.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Memang Lada Putih Bangka sangat menarik untuk terus di kembangkan
BalasHapus